selamat tinggal.

dia pergi.
pergi yang membuat pertanyaan semacam 'kapan kamu kembali?' menjadi tak lagi relevan.. 


hanya kata, menjala apa yang patah. 
dan air mata, menambal kenang-kenangan yang tersisa di tampah. 

spasi

kamu seperti spasi
menjarak kata menjadi puisi
aku pasi
melafal rindu tanpa diksi
tentang cinta, yang tak butuh resi....

tembakau

bau tembakau
melenggak penuh galau

hanya lampau
bergantungan tak terjangkau

engkau sengau,
suaraku parau
meneriakkan cinta sakau
yang tak pernah kau dengar..

padamu jua

bara yang lara
menjarah kala
dan aku,
entah buta, entah lunta
merajah kata
padamu jua...

satu rusuk

satu peluk
di lubuk hatimu bergelung khusuk

diri yang takluk
adalah cinta yang menekuk

satu rusuk,
olehnya tak kikis degupku tertusuk
tapi cukupkah bagimu, menebus pikuk?

lelap

sebab hanya itu yang aku kerjap
mendekap harap hingga lelap

saat pagi menyingkap,
adakah engkau di sisiku melengkap?

Peluk

pelukmu
tak tergenggam di saku
hilang meliku,

sedang malam berjibaku
aku terpaku kaku

secuil rasi waluku
tak cukup, melarung beku

di mana
senyum yang suam-suam kuku?

Payung..

Apakah kamu punya payung?
Payung yang cukup untuk berdua ketika hujan mendengung

Atau barangkali handuk tebal putih yang kering menggelung?
Dan sebotol kecil minyak kayu putih, sekadar menghangatkan hati yang terpasung...
*as posted in saras' blog, as a comment... :D