tentang

tentang telau di masa lampau,
adalah engkau dan sebait rasa sakau

tentang galau yang aku racau
adalah engkau dan sejuta kalau

tentang sisa hati yang pecah balau
adalah aku yang mencoba merangkai walau
sekadar agar semua ini masuk akal....



*Engkau tahu, burung gereja milikmu, selepas engkau pergi, tak lagi berkicau...

tak pernah ada



rindu ini, dia tak bertanggal dan tak bernama. Namun jejaknya terasa nyata, menghujami lembaran-lembaran penanggalan di dinding, hingga bolong. Dan aku hanya melihat hari telah begitu cepat berlalu... tanpa dirimu.

rindu ini, dia tak bermusabab, dan tak berpangkal. Hanya, terkadang ia berjenak di sudut kelam kepalaku, menghitungi debar jantungnya, setelah dengan belatinya ia mencuri hatiku, dan menjadikannya miliknya. Terkadang pula ia bergolak dengan begitu hebat, hingga engkau sebenarnya bisa melihatnya dengan jelas: sesuatu yang mereka sebut sebagai air mata...tapi di mana dirimu?

rindu ini.. Ah, dia hanya kesunyian yang merongrong rasa sepi yang sendiri. Aku lama tersesat di dalamnya, dan tak tahu bagaimana beranjak, sedang kau juga tak pernah ada....

Hujan Tak Berpelangi



Sekejap. Mengkilap.
Bagaimana bisa engkau mengkristalkan air mataku,
sedangkan hujan teramat rapi menyembunyikannya di bawah basah?

Kalap. Gagap. Berderap.
Bagaimana bisa aku lari mencampak rindu padamu semata,

sedangkan hujan teramat gencar memuntahkan kembali kenangan tentangmu?

maka ijinkan aku mendekapmu. sekali saja.
hingga langit kembali cerah dan kita kembali berpisah di bawah payung...

100



denganmu, 
aku ingin hidup,
seratus tahun lagi.

untukmu,
aku ingin menulis,
seratus kata lagi. 

bersamamu,
kita menggenap.
Seratus.


Bila Kita (masih) Bersama


Apakah kita masih akan saling berebut remote-control televisi?
Apakah kita masih akan berdebat tentang film di HBO dan serial di Star World?

Apakah engkau masih akan betah meletakkan kepalamu ke atas pangkuanku, dan tertawa keras-keras ketika aku bilang pegal?
Apakah engkau masih akan mencubit pipiku pelan, membelai rambut kepalaku, dan berbisik selamat malam?

Apakah aku masih akan bisa memelukmu dan terlelap hingga pagi, lalu terbangun di sampingmu dengan rambut acak-acakan, mulut bau naga, dan muka berminyak?
Apakah aku akan masih bisa berbisik selamat pagi padamu di saat hari tua datang menjemput dan kita sama-sama mulai tuli?