Eternity


Somebody's promised me eternity


Paid with forever waiting, I'll be drowned in loneliness
For the dream too beautiful...


to come true.
-------------------------------------------------------------------------------------------
Keabadian adalah awal yang tak berakhir...



Sekali Lagi



Aku ingin mencintaimu

sekali lagi,...

bolehkah?

TalKinG


Wew, tampilan baru.. semoga pada suka ya.. ^^

Anyway, just a thought, banyak juga yang bilang gw cerewet. Ga banyak sih, sebenarnya. Cuman, rasanya gw perlu meluruskan pernyataan di atas. Gw lebih prefer istilah '
konservatif terhadap detail' daripada cerewet. Ya, gw orang tipikal melankolis. Gw pernah dibilang perfeksionis. Sampe-sampe ada yang bilang, 'Iya, esdoubleu tuh perfeksionis, masa ga tau?' Geez...

Dan suatu kali gw pernah membaca satu stiker yang ditempel di angkot, dalam perjalanan ke kampus. Isinya sederhana, dan bunyinya kira-kira.. '
Ketika kau berbicara, maka kata-katamu harus lebih bermakna daripada ketika engkau diam.' Sederhana emang, tapi tepat sasaran! Gw segera melihat ke dalam diri gw sendiri. Sudahkah gw seperti itu? Coba kita lihat...

Gw suka gosip. Suka membicarakan orang lain. Suka boong. Suka nyepet-nyepet. Weks, kenapa yang keinget justru yang jelek-jelek yah? Wah, bikin rusak image aja. Hehe..
Anyway, gw yakin kalo semua orang punya kekurangan masing-masing. Dan ga bisa dibilang juga, kalo 100% dari ucapan kita tuh emang udah berguna. Jadi inget satu cerita yang pernah gw baca di footer lembaran soal ujian gw dulu, waktu masih SMP.

Ceritanya gini.. Ada seekor kura-kura dan seekor kepiting. Kepiting ini lagi berjemur, deket tepi pantai. Si kura-kura agak ke daratan. Nah, si kura-kura lalu melihat, ombak dah mau datang. Karena khawatir si kura-kura bakal keseret, si kura-kura itu lalu teriakin si kepiting. Maksudnya biar si kepiting ngubah posisinya. Si kepiting yang lagi posisi wuenak tentu aja keganggu, tapi mau ga mau, dia juga pindah posisi. Ternyata, ombaknya mereda pas nyampe pantai. Tau gito, si kepiting marah-marah ama si kura-kura, yang udah gangguin kesenangan dia. Nah, di kali lain, si kepiting berjemur lagi. Si kura-kura ada di sana juga.. Kali ini dia melihat ombak besar datang lagi. Tapi karena takut kejadian sebelumnya terulang, dia memutuskan untuk diem... Dan ternyata ombak besar beneren nyampe ke pantai, pas si kura-kura mau teriakin, ternyata dah telat. Si kepiting udah terlanjur keseret..

Mungkin bener, kalo ucapan kita harus lebih bermakna daripada ketika kita diem. Tetapi, tau dari mana kalo ucapan kita itu lebih bermakna? Contohnya kayaq kasus tadi. Dan kata sapa gosip tuh ga berguna? Emang mungkin ga berguna, tapi selama ga menjelek-jelekkan orang, kenapa nggak? Kadang, kita perlu sesuatu yang kasual buat pergaulan. Pernah ketemu ga, ama orang yang kaku banget? Bicaranya seperlunya, ga basa-basi? Terlalu straightforward juga kadang ga bagus kan?

So? Intinya, kalo nurut gw.. selama yang ktia bicarain tuh ga merugikan orang, ga jelekin orang, bukan kata-kata boong atau bual-bual.. Fine aja. I'm not talking aout being saint, okay? But lets improve ourselves..

Harap



Saat malam yang panjang dan dingin


merayap membungkusmu dengan gulita

Siapa yang membuatmu memahami makna kesepian?


Kala malam diterangi kunang-kunang kota


melingkupimu dengan benderang

Siapa yang kau harapkan datang dan memelukmu?

Only Love




Don't be because Love

but be only love..
just the way, love is

Love is not to demand,

nor to ask
Love is to stay true
thru every rainy or stormy days..

Just the way, Love is!

Monolog Lalat



Kedai itu selalu ramai setiap istirahat siang. Meskipun di sebelahnya ada satu café kopi hasil franchise dari sebuah outlet internasional, orang-orang yang berdatangan hampir selalu memesan kopi. Mulai dari kopi pahit yang sederhana sampai cappuccino atau espresso yang berbuih-buih di permukaannya.

Begitu pula aku. Aku selalu datang, mencicipi kafein sambil duduk di beranda kedai yang hanya beratapkan tenda itu, dengan bermodalkan uang beberapa ribu dan kata-kata plus senyuman yang sudah dihapal si ibu pemilik. Dan seperti biasa pula, aku akan duduk menatap langit yang biru untukku – kalau mendung biasanya aku malas datang –, menikmati suasana siang. Semuanya cukup menyenangkan, kecuali satu hal, yang akhir-akhir ini begitu mengganggu.

Tak lama, pesananku setiap istirahat siang itu pun datang. Masih mengepulkan uap panas. Tidak hanya kopi yang sampai ke mejaku, tetapi juga lalat.

Lalat. Ya, l-a-l-a-t. Kini engkau tahu, kan, apa yang membuat suasana siang ini menjadi tak nyaman?

Makhluk kecil bersayap yang berdengung setiap kali terbang itu dengan setia mengikuti aroma makanan. Kesetiaannya melebihi anjing ras apapun – pasti.

Aku tersenyum maklum. Andai saja makhluk kecil itu sedikit lebih bersih, - dan tentunya tidak membawa bakteri- , mungkin ia akan terlihat sedikit lebih lucu dan menggemaskan. Tetapi sayangnya, lalat-lalat itu terbang ke mana saja, dengan tujuan utama tempat-tempat berbau busuk, termasuk timbunan sampah. Dan bagiku, bau busuk identik dengan putrefaksi, yang menghadirkan terdakwa utama dan satu-satunya : bakteri.

Kuusir lalat-lalat itu dari meja dengan sekali kibasan.

Maaf yah, aku mengerti kau hanya bermaksud bertahan hidup. Sekadar survive. Tapi, tunggu sampai aku selesai. Setelah itu semuanya milikmu.

Tetapi lalat-lalat itu masih keras kepala, masih dengan santainya bertebaran di sekelilingku. Dengungannya seolah menegaskan kalau ia juga haus – atau apapun itu. Dan aku juga belum ingin menyerah. Akan kupastikan kopiku tetap utuh, sampai tetes terakhir. Biasanya aku selalu menang kalau adu keras kepala dengan makhluk itu.

Kuangkat cangkirku, sambil tetap menatap curiga lalat-lalat tak berdosa itu. Kuteguk perlahan.

Ouch, panas! Segera saja kuletakkan kembali cangkir itu di meja. Dan tahu-tahu, seekor lalat telah jatuh ke dalamnya. Tapi lalat itu tidak menggelepar, tidak pula mendengung-dengung untuk menunjukkan kesenangannya. Lalat itu hanya diam dan mengapung. Mengapung tapi tidak terlihat berniat terbang.

Lalat itu – mati. Mungkin karena kopinya masih panas sekali. Dan aku pun kehilangan seleraku, dan kopiku.

Aku tercengang. Oke, lat, kali ini kau menang. Aku pun bangkit, hendak pulang ke kantor. Dan saat itu, mataku langsung tertuju pada seorang pelayan yang membawa nampan berisi secangkir kopi lain. Matanya sedang mencari-cari nomor meja pemesannya, tapi aku sudah melihat lebih dari cukup.

Lalat-lalat itu, datang dan hinggap di mulut cangkit kopi. Spontan aku melirik ke cangkirku – yang sekarang juga TKP matinya seekor lalat. Kurasa aku perlu ke kamar mandi …

*
Dalam perjalanan pulang, aku membayangkan kembali lalat itu. Mendadak timbul secuil perasaan iba.

Lalat malang itu mati bahkan mungkin sebelum sempat mencicipi kopi yang sedikit pahit itu. Kopi yang pastinya menurut si lalat tidak enak sama sekali.

Diam-diam aku membayangkan kalau aku ada di posisi itu. Atau berjuta-juta orang-orang yang suatu waktu dulu pernah kukenal ternyata telah terlahir kembali sebagai lalat. Lalat yang sampai kini tak kutahu apa gunanya.

Ya, apa gunanya lalat? Sama seperti kecoa, aku tidak tahu apa manfaatnya mereka. Tapi toh mereka tetap ada. Dan aku tak mau terlahir kembali sebagai lalat dan sebangsanya….
Kuhela napas panjang. Dan telingaku kembali mendengar dengungan khas itu.
Lalat.

SMS


Hai, lagi apa?

Kupencet keypad yang kemudian mengalihkan aku ke sebuah kotak kosong. Hanya dengan mengisikan nomor penerima, pesan singkat itu akan segera terkirim. Kubuka daftar buku telepon di ponselku. Kupencet angka 3 sekali, dan aku segera mendapatkan namanya.

Dan di detik terakhir, aku membatalkan pengiriman SMS itu. Ponselku kemudian mengalihkannya menuju ke draft.

Aku tersenyum pahit. Rasanya getir sekali.
Kubuka kembali draft di menu messaging ponsel. Dan kulihat kembali semua SMS yang urung kukirimkan.

buat apa…?

Every goodnite kiz of mine
has only one meaning
Every goodmornin kiz of mine
has only one dream to go
It’s you..
Message not sent
21-Jan-06

Missing you
Message not sent
12-Feb-06

What is inside the truth
compared to love sincerely?
Message not sent
14-Feb-06

Havent heard from you lately..
How are you now?
Message not sent
28-Mar-06

Dan masih banyak lagi.
Kuhela napas panjang. Semua kangen ini hanya bermuara pada satu orang..
Kumatikan ponselku. Aku harus mencegah diriku sendiri dari nelangsa ini. Tapi otak dan perasaanku seperti dua kutub yang benar-benar bertolak belakang.

Kutatap lama-lama ponsel itu. Berusaha mengenyahkan semua kenangan perjumpaan yang sentimentil ini..

***

Aku ingin bertemu.
Message sent

Dan enam bulan kebisuan pun mencair sudah..