aku menunggumu, di ujung yang bernama kelak. datanglah, temui aku dengan tawa yang gelak, seperti awan yang berarak dan arus yang menggerak.
aku menunggumu kembali, untuk sekadar menuntas perasaan yang mati lali. menampali dengan rindu yang memerca. dan di sana, kita bertukar kenangan seperti hujan dan matahari yang berbagi pelangi.
aku menunggumu, berlabuh seperti mimpi yang usai di pangkal pagi, yang telah lama kita ketahui. seperti janji matahari yang menyepakat, yang lalu jatuh ke bola matamu, yang mesra berbisik sesuatu rahasia.
aku menunggumu, seniscaya satu tambah satu sama dengan dua. lalu di ruah waktu yang tumpah seperti pasir tak tergenggam, kita bersua. mungkin merayakan pertemuan yang tak lagi dibayangi perpisahan.
aku menunggumu, seperti mendung bersiap menggerimis. seperti bumi yang merindu cerap basah yang kuyup. seperti laut yang menanti rinainya kembali bermuara.
aku menunggumu, sebagaimana suara yang meluncur dari bibirmu, menantikan gemanya berpulang. menimpali kata dengan ekor bunyi, seperti kerdam yang menggaung meredam rindudendam.
aku menunggumu, seperti merah menjanjikan senja sebuah lembayung. seperti pagi yang tak jera menghalau malam: pasti, selalu, dan barangkali, selamanya.
aku, memang menunggumu.
Untuk sebuah Mengapa yang tak pernah butuh Karena. Untuk seluruh yang mengutuh di dalam genggaman tanganmu.
12 Detik Prasangka
5 years ago
0 komentar:
Post a Comment