never there

look at us,
so close that 
we're only one heart
apart. 

tanyamu



"apakah ini juga 
akan berakhir?" kau memelukku, 
di luar senja telah berlalu, seperti juga
hal-hal lainnya.  

sepucuk surat

aku tulis surat kecil ini,
waktu kuingat lagi lautan pasir,
ombak yang berdesir, serta bendera yang melambai-lambai
di tempatmu kini

di halaman rumah, sebuah pohon kering
menantikan gerimis setitik, tetapi musim
sedang kemarau, seperti juga
jarak di antara kita

aku buka jendela di sisi meja,
angin sedari tadi berembus, hendak menghapus
jejak-jejak yang dibawanya entah dari mana (mungkin
juga dari tempatmu), memasuki lengang ini,
setelah mempermainkan tirai, seperti juga
lambaian tanganmu

hari ini, aku terjaga lebih awal,
ruangan begitu dingin, kecuali sebuah kesepian
di dalam akuarium yang kini telah kosong,
aku berusaha mengingat mimpiku tadi malam:
apakah itu engkau, yang berusaha membisikkan sesuatu
sebelum berpisah, seperti juga
masa lalu kita?

maka aku tulis surat kecil ini,
sebelum hujan bulan Juni nanti tiba:
Cepat pulang.

percakapan kecil

"tersenyumlah!" -- di pesisir, pasir begitu putih, ombak bergulung dan langit alangkah luas. tapi kau memenjamkan mata. 


"engkau matapuisi," -- hujan-hujan di bulan Juni membuatmu ingin bersedekap, sebab sepasang lenganmu hanya menyisakan lengang. tapi kau, bagiku adalah matakata. 


"seperti apa salju itu?" -- kau membenamkan dirimu ke pelukanku? bukankah kehangatan ini, sudah cukup?


"apakah masa lalu?" -- tibatiba senja menjatuhkan cahayanya ke punggungmu. segala tinggal siluet yang tak tanggal. tapi kau begitu indah. 


"daundaun menyimpan musim," -- kau menengadah, membiarkan kenangan itu berguguran, membelai keningmu, pipimu. aku begitu ingin menggenggam tanganmu. 


"aku belum akan pulang," -- aku memikirkan hari ketika engkau pergi dan merasa mencintaimu lebih jauh. 


"hujan..." -- engkau memikirkan apakah di kota yang kau tinggalkan di belakang sana, juga sedang dirundung gerimis. Sebuah payung biru di tanganmu mekar, tapi tidak sesuatu di hatimu sana. 


"cepat pulang," -- dan kau hanya melemparkan kenangan, yang kelak mungkin akan mengairi akuarium, di mataku. ikanikan belajar berenang dan mengenali wajahwajah yang menatapnya. 


"hitung sampai sepuluh bila kau kangen.." -- aku memperhatikanmu mengemas pakaian dan sejenisnya, sambil bertanya-tanya dalam hati, di sebelah mana kopermu, kau hendak meletakkan hatiku. 








*inspirasi dari http://aanmansyur.blogspot.com/ 
*gambar dari http://photo-asurbans.blogspot.com/2010/10/hdr.html