Titik didih tidak
bergeser ke mana-mana. Suara itu hanya menandai pagi yang terlalu dini. Jejak
uap air tertera di jendela dapur yang dingin ... begitulah Avianti memulai
cerpen Kereta Tidur, yang menutup (dan sekaligus membuka karena dipakai sebagai
judul) kumcer ini. Sekilas, baris-baris yang sedemikian sederhana itu, bagi saya
justru terasa sangat mencekam: seseorang sedang memasak air di suatu pagi yang
masih terlalu dini, yang masih terlalu sepi, dan seseorang itu hanya sendiri
melakukan aktivitas yang demikian manusiawi, melanjutkan hidup dengan berbagai
'meskipun' atau mungkin 'seandainya' di kepalanya..
Kerapuhan seorang
manusia, buat saya terletak di dalam ingatannya. Kita selalu berusaha mengenggam
erat apa yang kita rasakan sebagai kebahagiaan, dan ketika kebahagiaan itu
direnggut dari kita, kita merasa demikian menderita. Barangkali, ingatan itu
demikian sempurna diwakili oleh tokoh Naomi, seseorang yang 'dicari selama ini',
atau bahkan melalui tiket-tiket ke suatu tempat yang jauh di masa lalu (Tiket ke
Tangier).. Bukankah kita semua memiliki seseorang yang selalu kita cari?
Mungkin, karena itu juga, kata Avianti, ingatan adalah jarak yang
memisahkan detik ini, juga sekaligus menghubungkannya, dengan cintanya
(Matahari). Avianti tidak mencoba menggambarkan bagaimana seharusnya kita
menghadapi kehilangan dalam sikap yang menggurui, ia hanya menggambarkan
suasana, latar, dan hal-hal biasa lainnya. Tetapi buat saya, justru hal tersebut
membuat kehilangan itu menjadi terasa nyata, terasa tak terelakkan dari
kehidupan ini. Lalu, apakah kita (bisa) bahagia? Tidak ada yang muluk dari
pertanyaan Mesaud ke Sania (Dongeng dari Gilbraltar - kota ini sungguhan ada)
tersebut, tetapi di sinilah kita berhenti sejenak. "Mesaud, aku mencintaimu,"
demikian Sania membalas, yang kemudian membuat Mesaud berkata lagi: “Kita tahu,
kita bisa saling mencintai tapi tidak merasa bahagia."
Sejak awal
membaca judul 'Kereta Tidur', saya tahu saya akan berhadapan dengan bacaan yang
tidak serta-merta bisa dicerna sebagaimana beberapa fiksi dan prosa lainnya. Di
semua ekspetasi saya, saya menemukan bagaimana alur cerita yang disajikan
Avianti begitu menguras rasa ingin tahu saya: apa yang terjadi dengan Mesaud dan
Sania? Apa yang terjadi dengan anak laki-laki yang memiliki seorang perempuan
tua dalam kepalanya? Lalu, apakah kereta tidur itu? Dan apakah kita semua, bisa
bahagia?
Apakah Dexter Benar-Benar Psikopat?
1 week ago