9 dari nadira

saya selalu berpendapat, alur flash-back dalam cerita fiksi hanya akan memberi efek yang dalam, seperti hempasan gelombang di tepi pantai dan bukannya semata-semata hanya riak-riak kecil, jika digunakan untuk memperkuat karakter di dalam cerita itu. ada banyak cara dan alat yang bisa digunakan untuk ini, dan salah-satunya adalah kumparan permasalahan psikologis, yang bila disusun dengan cermat, seolah-olah bisa menghadirkan sebuah dimensi alternatif buat pembacanya: bahwa karakter dalam cerita tersebut mungkin hidup dan mengada di antara kita.

kurang-lebih seperti itu yang saya rasakan selama membaca 9 dari Nadira. yang lebih menarik lagi, Leila menyusun masa lalu itu hanya menjadi kepingan-kepingan, dan menyisakan begitu banyak ruang bagi pembaca untuk menilai, menginterpretasi, dan membayangkan berbagai kemungkinan dan tanya yang seperti tak habis-habis- dan menariknya, Leila mampu melakukan itu semua tanpa mengorbankan kelugasan imaji dan bahasa di dalamnya.

saya jatuh cinta pada Nadira sejak cerita pertama. di dalam kumcer ini (sifat dualisme buku ini - terobosan baru kalau boleh dibilang, menyebabkan beberapa ahli menyebutnya sebagai novel; tapi sesuai pengantar dalam bukunya, saya memilih menyebutnya kumcer), ketika ia mencari seikat seruni berwarna putih untuk ibunya: ibunya yang memilih mati di hari itu. mengapa mesti seruni? dan mengapa mesti berwarna putih? mengapa pula ibunya, Kemala Yunus, yang sekilas tampak bahagia dan baik-baik saja itu, memilih mati? dari sana, kita dibawa menelusuri lorong-lorong gelap dalam kehidupan Nadira, perselisihan kecilnya dengan kakaknya Nina, kehadiran yang penuh kebungkaman seorang Utara Bayu, serta di kemudian hari, lelaki yang menyodorkan tangannya ke dalam dunia Nadira: Niko. 



Leila telah mewarnai masa lalu Nadira dengan warna abu-abu yang pekat, tapi dari kepekatan dan kepelikan itu, seperti bisa kita lihat, tetap bisa menumbuhkan seorang yang kuat, yang tak serta-merta lari dari masa lalunya. Sebab, bukankah memang setiap dari kita dibuat dari masa lalu? Dan masa depan, hanyalah pertanyaan, yang seringkali tidak membutuhkan jawaban..

0 komentar: