Semuanya berawal dari matahari
Yang melabuhkan cuaca dan musim di dermaga
Tatkala angin, membisikkan pengharapan pada layar-layar
Menjauh pelan-pelan hingga akhirnya
Tak terlihat lagi
Di dermaga hanyalah jejak-jejak yang berlawanan arah
Kapal-kapal yang kembali menerawang
Tetap saja tak seperti dermaga
Merindui daratan hijau di seberang sana…
-2003-
"pergilah,
sebelum Tuhan
tiba," engkau meminta.
di atas eden,
mendung menawarkan
sedih,
juga daun-daun zaitun
yang gugur.
betapa kita, tergoda untuk
selalu
jatuh.
mungkin akan ada
tujuh puluh puisi,
masa lalu yang tak hilang,
dan iman
yang asing.
tapi pada
sekerat apel
yang tak menjadi
barangkali juga akan kita
pahami: kita berdosa, maka kita ada.
cahaya pada
dinding, bayang-bayang sepasang lengan
yang bersentuhan
ialah siluet yang tak selesai
sebab
dunia ini, katamu, dipenuhi orang-orang
yang ingin saling
melupakan
di latar
sebuah tebing dingin,
sesaat sebelum tuhan meletakkan keesaannya
tak ada kematian siapa-siapa
hanya masa lalu
separuh ilusi,
separuh perpisahan
lalu engkau
menjatuhkan
diri
masa lalu, ternyata,
ialah juga waktu
di antara orang-orang itu, kataku,
kita mungkin hanyalah sepasang orang
asing yang tak tahu
caranya melupakan.