"tersenyumlah!" -- di pesisir, pasir begitu putih, ombak bergulung dan langit alangkah luas. tapi kau memenjamkan mata.
"engkau matapuisi," -- hujan-hujan di bulan Juni membuatmu ingin bersedekap, sebab sepasang lenganmu hanya menyisakan lengang. tapi kau, bagiku adalah matakata.
"seperti apa salju itu?" -- kau membenamkan dirimu ke pelukanku? bukankah kehangatan ini, sudah cukup?
"apakah masa lalu?" -- tibatiba senja menjatuhkan cahayanya ke punggungmu. segala tinggal siluet yang tak tanggal. tapi kau begitu indah.
"daundaun menyimpan musim," -- kau menengadah, membiarkan kenangan itu berguguran, membelai keningmu, pipimu. aku begitu ingin menggenggam tanganmu.
"aku belum akan pulang," -- aku memikirkan hari ketika engkau pergi dan merasa mencintaimu lebih jauh.
"hujan..." -- engkau memikirkan apakah di kota yang kau tinggalkan di belakang sana, juga sedang dirundung gerimis. Sebuah payung biru di tanganmu mekar, tapi tidak sesuatu di hatimu sana.
"cepat pulang," -- dan kau hanya melemparkan kenangan, yang kelak mungkin akan mengairi akuarium, di mataku. ikanikan belajar berenang dan mengenali wajahwajah yang menatapnya.
"hitung sampai sepuluh bila kau kangen.." -- aku memperhatikanmu mengemas pakaian dan sejenisnya, sambil bertanya-tanya dalam hati, di sebelah mana kopermu, kau hendak meletakkan hatiku.
*inspirasi dari http://aanmansyur.blogspot.com/
*gambar dari http://photo-asurbans.blogspot.com/2010/10/hdr.html
12 Detik Prasangka
5 years ago
2 komentar:
kuhitung sampai seratus... dan aku masih kangen
ah kau melihat pesannya dengan jelas. :)
Post a Comment