Sepi itu akhir yang tak berujung. Sedang aku lama tersesat di dalamnya, berputar-putar dan lalu kembali ke tempatnya semula. Mungkin sebaiknya aku berhenti mencari jalan keluar, dan memilih melarut ke dalamnya.
Sepi seperti matahari yang berbisik pada langit senja, yang kemudian membuatnya terkapar sedih dalam gelap dan menggigil. Ia mati sekali lagi, malam itu. Sedang aku hanya bisa meringkuk di bawah selimut, mencoba membungkam si gendang telinga dari suara-suara yang menakutkan itu..
Sepi adalah suara mimpi yang terbanting dan kemudian pecah berderai dan terbelah. Sedang lututmu berdarah lagi tatkala engkau bersimpuh dan mencoba mengumpulkan pecahannya satu per satu..
Sepi itu gemuruh di dada, mengerang dalam bisu ketika kita saling menatap di bawah sekaki payung. Sedang hujan menderas, klakson mobil menderu, dan helaan nafasmu memburu..
Dan sepi, pada akhirnya, adalah ketika engkau dan aku, kita berada di satu ruang yang sama, mengurai kata-kata tetapi tak satupun aksara yang tereja..
12 Detik Prasangka
5 years ago
0 komentar:
Post a Comment