Aku rela terbakar di dalam matamu.
Atau tersesat di dalamnya. Dan memilih tak pernah keluar lagi. Mungkin tepat bila kusebut matamu sebagai Eyes of No Return.
Aku rela ditelanjangi oleh matamu.
Bersetubuh dengan cara yang barangkali tak senonoh. Dan memuncak di dalam orgasme yang senyap. Sunyi, karena tak ada suara. Tak ada erangan, ataupun desahan. Itu yang kusebut intim.
Aku rela terkikis habis di dalam matamu.
Atau melayang-layang di dalamnya. Dan memilih melawan arus gravitasi. Meski itu cuma mimpi di siang bolong. Karena bersamamu, aku rela tertidur... Tak perlu ada putri cantik yang membangunkanku, seperti Snow White dibangunkan oleh pangerannya. Tak perlu.
Atau tersesat di dalamnya. Dan memilih tak pernah keluar lagi. Mungkin tepat bila kusebut matamu sebagai Eyes of No Return.
Aku rela ditelanjangi oleh matamu.
Bersetubuh dengan cara yang barangkali tak senonoh. Dan memuncak di dalam orgasme yang senyap. Sunyi, karena tak ada suara. Tak ada erangan, ataupun desahan. Itu yang kusebut intim.
Aku rela terkikis habis di dalam matamu.
Atau melayang-layang di dalamnya. Dan memilih melawan arus gravitasi. Meski itu cuma mimpi di siang bolong. Karena bersamamu, aku rela tertidur... Tak perlu ada putri cantik yang membangunkanku, seperti Snow White dibangunkan oleh pangerannya. Tak perlu.
0 komentar:
Post a Comment