(meski) Kau Keparat!




Seharusnya aku membencinya. Atau lebih baik lagi, melupakannya. Tetapi aku tak bisa. Karena itu, kukatakan padamu, aku nelangsa. Menyedihkan. Dan sedikit membuat kesal.

Namun, jangan sekali-kali kau bilang kau bersimpati. Atau meminta maaf, dan terlebih-lebih lagi, merasa kasihan padaku. Aku tak butuh itu, meski aku tak baik-baik saja. Hei, aku masih hidup di sini. Berusaha membuang-buang energiku untuk mencoba membencimu. Untuk meyakinkan diriku sendiri, bahwa aku baik-baik saja, tanpamu.

Tanpamu.
Bahkan mengucapkan kata ini saja, membuatku sesak. Membuat duniaku serasa runtuh. Dan ini membuatku malahan membenci diriku sendiri. Yang dengan gampangnya bertekuk lutut, dan mengangkat kedua tanganku di hadapanmu... hanya untuk membiarkan diriku sendiri terbakar dalam api cemburu. Karena bahkan melihatku saja kau tak mau. Menawanku sebagai pampasan perangmu saja, kau tak sudi. Aku benar-benar se-tak-berharga itu ya?

Aku gila. Aku neurotik. Aku delusional.
Karena memilih mencintaimu, di saat aku seharusnya membencimu.
Di saat seharusnya aku mengucapkan selamat atas kebahagiaanmu.
Di saat seharusnya aku melupakanmu dan melanjutkan hidupku.

(meski) Kau keparat! Aku mencintaimu.

0 komentar: